MAKALAH FILSAFAT UMUM "FILSAFAT ABAD MODERN"
MAKALAH
FILSAFAT ABAD
MODERN
FILSAFAT UMUM
Dosen
Pengampu: Dr. Mat Jalil, M.Hum
Disusun
Oleh
Kelas B
Nama
|
NPM
|
ADI PRAYITNO
|
1502040220
|
FAKULTASEKONOMI
ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesempatan,
dan kasih sayang yang di curahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok yang berupa makalah.
Yang mana diharapkan dapat memberikan manfaat dan dapat mendukung perkembangan
pembelajarn mengenai “Filsafat Abad
Modern” yaitu pada mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
yang di ampu oleh Bapak Dr. Mat Jalil, M.Hum yang
mana telah diselesaikan tepat pada waktunya.
Harapan penulis, semoga makalah ini
memberikan manfaat yang berarti bagi pembaca pada umumnya dan bagi penyusun
pada khususnya. Tiada gading yang tak retak,
kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk kebaikan di kemudian hari.
Metro, 21
September 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
COVER................................................................................................................. i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI........................................................................................................ iii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C.
Tujuan................................................................................................. 2
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Filsafat
Modern................................................................ 3
B.
Sejarah Filsafat
Modern..................................................................... 3
C.
Perkembangan Filsafat
Modern......................................................... 4
D.
Aliran-aliran
Filsafat Modern............................................................. 5
BAB
III PENUTUP
A.
KESIMPULAN................................................................................. 12
B.
SARAN.............................................................................................. 12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PNDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Tidak dapat
dipungkiri, zaman filsafat modern telah dimulai. Secara historis, zaman modern
sejak adanya krisis zaman pertengahan selama dua abad (abad ke-14 dan ke-15),
yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance. Renaissance berarti
kelahiran kembali, yang mengacu kepada gerakan keagamaan dan kemasyarakatan
yang bermula di Italia (pertengahan abad ke-14). Tujuan utamanya adalah
merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan
filsafat Yunani dengan ajaran agama Kristen. Selain itu, juga dimaksudkan untuk
mempersatukan kembali gereja yang terpecah-pecah.
Disamping itu, para
humanis bermaksud meningkatkan suatu perkembangan yang harmonis dari
keahlian-keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan kepustakaan yang baik dan
mengikuti kultur klasik.
Renaissance akan banyak
memberikan segala aspek realitas. Perhatian yang sungguh-sungguh atas segala
hal yang konkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat, dan
sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada
akal yang mandiri. Akal diberi kepercayaan yang lebih besar karena adanya suatu
keyakinan bahwa akal pasti dapat menerangkan segala macam persoalan yang juga
diperlukan pemecahannya. Hal ini dibuktikan adanya perang terbuka terhadap
kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan menggunakan
akalnya.
Asumsi yang
digunakan, semakin besar kekuasaan akal akan dapat diharapkan lahir “dunia
baru” yang penghuninya (manusia-manusianya) dapat merasa puas atas dasar
kepemimpinan akal yang sehat.
Akal yang menjadi pendahuluan
ajaran filsafat modern ini didasarkan pada suatu kesadaran atas yang individual
dan yang konkret.
B.
RUMUSAN MASALAH
Rumusan
dalam pembuatan makalah ini, sebagai berikut:
1.
Apa pengertian dari
filsafat itu?
2.
Apa pengertian
filsafat modern?
3.
Bagaimana perkembangan
filsafat modern?
4.
Siapa aja filosof
dari era filsafat modern?
C.
TUJUAN
Tujuan
dari pembuatan makalah ini, sebagai berikut :
1.
Agar mengetahui
arti dari pada filsafat dan filsafat modern
2.
Agar memahami
tentang sejarah dan perkembangan filsafat modern
3. Agar mengetahui ciri-ciri dari filsafat modern
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN FILSAFAT MODERN
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala
sesuatu secara mendalam sampai ke akar-akarnya dalam mencari hakikat dari suatu
fenomena untuk memperoleh kebenaran yang sesungguhnya.
Filsafat zaman modern adalah pengetahuan tidak berasal
dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari penguasa melainkan dari diri
manusia itu sendiri.
Aliran
rasionalisme beranggapan bahwa sumber penegetahuan adalah rasio. Aliran
emperisme, sebaliknya meyakini pengalaman sumber pengetahuan itu, baik yang
batim maupun inderawi. Lalu muncul aliran kritisisme, yang mencoba memadukan
kedua pendapat berbeda.
B.
SEJARAH FILSAFAT MODERN
Sejarah filsafat terdiri dari tiga periode. Periode
pertama, adalah periode klasik, sebagai kelanjutan era kuno yang dimulai dari
Athena, Alexsandria, dan pusat-pusat pemikiran Helenistik dan Roma. Periode
kedua, adalah periode pertengahan dan periode ketiga, adalah periode modern
yang kemudian dilanjutkan dengan post-modernisme. Socrates masuk pada era
kalsik bersama para filosof lainnya, semisal Plato yang menjadi muridnya
kemudia Aristoteles sebagai murid dari Plato menjadi puncak keemasan era
filsafat klasik.
Setelah masa Aristoteles, wacana kefilsafatan menjadi
redup. Karakteistik filsafat Barat abad pertengahan adalah pembenaran terhadap
otoritas Kitab. Salah seorang yang terkenal pada masa itu adalah Thoms Aquinas
(1225-1274 M), K. St. Bona Venture (1221-1257 M). Pemikiran mereka berusaha
untuk merrekonsiliasi antara akal dan wahyu.
Akal pada waktu itu bagaikan hamba perempuan untuk
memuaskan nafsu “kelaki-lakian” teologi keristen. Seorang tokoh lain yang
muncul pada waktu itu adalah St. Agustinus (1354-1430 M) bahkan tidak percaya
dengan kekuatan akal dalam mancari kebenaran apapun. Singkatnya pada masa itu,
persoalan epistemology mengalami kepiluan dan penderitaan di bawah tafsir
tunggal para agamawan yang sekaligus menjadi penguasa palitik pada zaman
tersebut.
C.
PERKEMBANGAN FILSAFAT MODERN
Masa modern jadi identitas di dalam Filsafat Modern. Pada
masa ini rasionalisme semakin dipikirkan. Tidak gampang untuk menentukan mulai
dari kapan abad pertengahan berhenti. Namun, dapat dikatakan bahwa abad
pertengahan itu berakhir pada abad 15 dan 16 atau pada akhir masa renaissance.
Masa setelah abad pertengahan adalah masa modern. Sekalipun, tidak jelas kapan
berakhirnya abad pertengahan itu. Akan tetapi ada hala yang jelas menandakan
masa modern ini, yaitu berkembang pesat berbagai kehidupan manusia Barat.
Khususnya dalam bidang kebudayaa, ilmu pengetahuan, dan ekonomi.
Satu hal yang menjadi perhatian pada masa renaissance ini
adalah ketika kita melihat perkembangan pemikirannya. Perkembangan masa ini
menimbulkan sebuah masa yang amat berperan di dalam dunia filsafat. Ini yang
menjadi awal dari masa modern. Timbulnya ilmu oengetahuan yang modern,
berdasarkan metode eksperimental dan matematis. Segala sesuatunya, khususnya di
dalam bidang ilmu pengetahuan mengutamakan logika dan empirisme.
Pada masa modern terjadi perkembangan yang sangat
pesat pada bidang ekonomi. Hal ini
terlihat dari kota-kota yang berkembang menjadi pusat perdagangan pertukaran
barang,kegiatan ekonomi moneter, dan perbankkan.
Dari sudut pandang sejarah filsafat Barat melihat bahwa
masa modern merupakan periode dimana mulai bermunculan dan beradu dalan kencah
pemikiran filosofis barat.
D.
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT MODERN
Dalam era filsafat
modern, yang kemudian dilanjutkan dengan era filsafat abad ke-20, muncullah
berbagai aliran pikiran Rasionalisme, Empirisme, Kristisisme, Idealisme,
Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme,
Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme,dan Neo-Thomisme.
1. Rasionalisme
Setelah pemikiran
Renaissance sampai pada penyempurnaannya, yaitu
telah tercapainya kedewasaan pemikiran, maka terdapat keseragaman
mengenai sumber pengetahuan yang secara alamiah dapat dipakai manusia yaitu
akal (resio) dan pengalaman (empiri). Karena orang mempunyai kecenderungan untuk
membentuk aliran berdasarkan salah satu diantara keduanya, maka kedua-duanya
sama-sama membentuk aliran tersendiri yang saling bertentangan.
Rasionalisme
dipelopori oleh Rene Dascartes (1596-1650) yang disebut sebagai bapak filsafat
modern. Ia ahli dalam ilmu alam,ilmu hukum , dan ilmu kedokteran. Ia
menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandingannya, harus
disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu
metode yang umum. Yang harus dipandang sebagai hal yang benar adalah apa yang jelas
dan terpilah-pilah (clear and
distinctively) ilmu pengetahuan harus mengikuti langkah ilmu pasti karena
ilmu pastidapat dijadikan model cara mengenal secara dinamis.
Rene Descartes yang
mendirikan aliran rasionalisme berpendapat bahwa sumber pengetahuan yang dapat
dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang diperoleh lewat akallah yang
memenuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu pengetahuan ilmiah. Dengan akal
dapat diperoleh kebenaran dengan metode deduktif, seperti yang dicontohkan
dalam ilmu pasti.
Latar belakang
munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk membebaskan diri dari segala
pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima, tetapi ternyata tidak
mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi. Apa yang ditanam
Aristoteles pada pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh
khayalan-khayalan.
Descartes
menginginkan cara yang baru dalam berpikir, maka diperlukan titik tolak
pemikiran pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan, cargito ergo sum (saya berpikir maka saya ada). Jelasnya bertolak
dari keraguan untuk mendapatkan kepastian.
2.
Empirisme
Sebagai tokoh adalah Thomas Hobbes, Jhon Locke, dan David
Hume. Karena adanya kemajuan ilmu pengetahuan dapat dirasakan manfaatnya,
pandangan orang terhadap filsafat dianggap tidak berguna lagi bagi kehidupan.
Pada sisi lain, ilmu pengetahuan besar sekali manfaatnya bagi kehidupan.
Kemudian beranggapan bahwa yang bermanfaaat, pasti, dan benar hanya diperoleh
lewat indra (empiri), dan empirilah satu-satunya sumber pengetahuan. Pemikiran
tersebut lahir dengan nama empirisme.
Tomas Hobbes (1588-1679)
Ia seorang ahli pikir inggris lahir di
Malmesbury. Pada usia 15 tahun ia pergi ke oxford untuk belajar logika
skolastik dan fisika, yang ternyata gaga, karena ia tidak berminat sebab
gurunya beraliran Aristotelian. Sambungan yang besar sebagai ahli pikir adalah
suatu sistem materialistis yang besar, termasuk juga perikehidupan organis dan
rohaniah. Dalam bidang kenegaraan mengemukakan teori Kontrak Sosial. Dalam
tulisannya, ia menyusun suatu sistem pemikiran yang berpangkal pada dasar-dasar
empiris, disamping juga menerima metode dalam ilmu alam yang matematis.
Pendapatnya adalah
bahwa ilmu fislafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang sifatnya umum.
Menurutnya filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang akibat-akibat atau
tentang gejala-gejala yang diperoleh dari sebabnya. Sasaran filsafat adalah
fakta, yaitu untuk mencari sebab-sebabnya.segala yang ada ditentukan oleh
sebab,sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum ilmu pasti/ilmu alam.
Namanya sangat
terkenal karena ilmunya tentang Kontrak Sosial, yaitu manusia mempunyai
kecenderungan untuk mempertahankan diri. Apabila setiap orang memiliki
kecenderungan demikian, maka pertentangan, pertengkaran atau perang total tidak
dapat dihindari. Perang akan akan membuat kehidupan menjadi sengsara dan buruk.
Bagaimana manusia dapat menghindarinya. Maka diperlukan akal sehat, agar setiap
orang mau melepaskan haknya untuk berbuat sekehendaknya sendiri. Untuk itu,
mereka perlu bersatu untuk membuat perjanjian untuk menaati/tunduk terhadap
penguasa. Orang-orang yang dipersatukan disebut Commonwealth.
Jhon Locke (1932-1704)
Ia
dilahirkan di Wrington, dekat Bristol, Inggris. Di samping sebagai seorang ahli
hukum , ia juga menyukai filsafat dan teologi, mendalami ilmu kedokteran dan
penelitian kimia. Dalam mencapai kebenaran, sampai seberapa jauh (Bagaimana)
manusia memakai kemampuannya.
Dalam
penelitiannya ia memakai istilah sensation dan reflection. Sensation adalah suatu yang dapat berhubungan dengan
dunia luar, tetapi manusia tidak dapat mengerti dan meraihnya. Sementara itu, reflection adalah pengenalan intuitif
yang memberikan pengetahuan kepada manusia, yang sifatnya lebih baik daripada sensation. Tiap-tiap pengetahuan yang
diperoleh manusia terdiri dari sensation dan
reflection. Walaupun demikian, manusia
harus mendahulukan sensation. Mengapa demikian? Karena jiwa manusia saat dilahirkan
putih bersih (tabula rasa) yaitu jiwa itu kosong bagaikan kertas putih yang
belum tertulis. Tidak ada sesuatu dalam jiwa yang dibawa sejak lahir,melainkan
pengalamanlah yang membentuk jiwa seseorang.
3.
Kritisisme
Aliran ini muncul abad ke-18. Suatu zaman dimana seorang
ahli pikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme
dengan empirisme. Zaman baru ini disebut zaman pencerahan (Aufklarung). Zaman pencerahan ini muncul dimana manusia lahir dalam
keadaan belum dewasa (dalam pemikiran filsafatnya). Akan tetapi, setelah Kant
mengadakan penyelidikan (kritik) terhadap peran pengetahuan akal. Setelah itu,
manusia terasa bebas dari otoritas yang datangnya dari luar manusia, demikian
kemajuan/peradaban manusia.
Sebagai latar belakangnya, manusia melihat adanya kemajuan ilmu pengetahuan (ilmu pasti,
biologi, filsafat dan sejarah) telah mencapai kabar yang menggembirakan. Di
sisi lain, jalannya filsafat tersendat-sendat. Untuk itu diperlukan upaya agar
filsafat berkembang sejajar dengan ilmu pengetahuan alam. Isaac Newton
(1642-1727) memberikan dasar-dasar
berpikir dengan induksi, yaitu pemikiran yang bertitik tolak pada gejala-gejala
dan mengembalikan kepada dasar-dasar yang sifatnya umum. Untuk itu dibutuhkan
analisis.
Gerakan ini dimulai di Inggris, kemudian ke Prancis, dan
selanjutnya menyebar keseluruh Eropa, terutama ke Jerman. Di Jerman
pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme semakin berlanjut.
Masing-masing berrebut otonomi. Kemudian timbul masalah,siapa sebenarnya yang
dikatakan sebagai suber pengetahuan? Apakah pengetahuan yang benar itu lewat
rasio atau empiri?
Seorang ahli pikir Jerman Immanuel Kant (1724-1804)
mencoba menyelesaikan persoalan di atas. Pada awalnya, Kant mengikuti
rasionalisme, tetapi kemudian terpengaruh oleh empirisme (Hume). Walaupun demikian, Kant tidak mudah menerimanya karena ia
mengetahui bahwa empirisme terkandung skep-tisisme. Untuk itu, ia tetap
mengakui kebenaran ilmu, dan dengan akal manusia akan dapat mencapai kebenarannya.
Akhirnya, Kant mengakui peranan akan dan keharusan
empiri,kemudian dicobanya mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan
bersumber pada akal (rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari benda
(empirisme). Ibarat burung terbang harus mempunyai sayap (rasio) dan udara
(empiri).
Jadi, metode berpikirnya disebut metode kritis. Walaupun
ia mendasarkan diri pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia tidak
mengingkari adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal. Sehingga akal
mengenal batas-batasnya. Karena itu aspek irrasionalitas dari kehidupan dapat
diterima kenyataannya.
4.
Idealisme
Setelah Kant mengetengahkan tentang kemampuan akal
manusia, maka para murid Kant tidak puas terhadap batas kemampuan akal,
alasanya karena akal murni tidak akan dapat mengenal hal yang berada di luar
pengalaman. Untuk itu, dicarinya suatu dasar, yaitu suatu sistem metafisika
yang ditemukan lewat dasar tindakan: aku sebagai sumber yang
sekonkret-konkretnya. Titik tolak tersebut dipakai sebagai dasar untuk membuat
suatu kesimpulan tnetang keseluruhan yang ada.
Pelopor Idealisme : J.G Fichte (1762-1814), F.W.J.
Scheling (1775-1854), G.W.F. Hegel (1770-1831), Schopenhauer (1788-1860).
Apa yang dirintis oleh Kant mencapai puncak
perkembangannya pada Hegel. Hegel lahir di Stuttgart, Jerman. Pengaruhnya besar
sampai luar Jerman. Menjadi Profesor ilmu filsafat sampai meninggal. Setelah ia
mempelajari pemikiran Kant, ia tidak merasa puas tentang ilmu pengetahuan yang
dibatasi secara kritis. Menurut pendapatnya,segala peristiwa di dunia ini hanya
dapat dimengerti jika suatu syarat dipenuhi, yaitu jika peristiwa-peristiwa itu
sudah secara otomatis mengandung penjelasan-penjelasannya. Ide yang berpikir
itu sebenarnya adalah gerak yang menimbulkan gerak lain. Artinya, gerak yang
menimbulkan tesis, kemudian menimbulkan anti tesis (gerak yang bertentangan ),
kemudian menimbulkan sintesis yang merupakan tesis baru, yang nantinya
menimbulkan antitesis dan seterusnya, inilah yang disebut sebagai dialektika.
Proses dialektika inilah yang menjelaskan segala peristiwa.
5.
Positivisme
Filsafat positivisme lahir pada abad ka-19. Titik tolak
pemikirannya, apa yang telah diketahui adalah yang faktual dan yang positif, sehingga metafisika
ditolaknya. Maksud positif adalah segala gejala dan segala yang tampak seperti
apa adanya, sebatas pengalaman-pengalaman objektif. Jadi, setelah fakta
diperolehnya, fakta-fakta tersebut kita atur dapat memberikan semacam asumsi
(proyeksi) ke masa depan.
Beberapa tokoh: August Comte (1798-1857), Jhon S. Mill
(1806-1873). Herbert Spencer (1820-1903).
August Comte (1798-1857)
Ia
lahir di Montpellier, Prancis. Sebuah keryanya adalah Cours de philosophia positive (Kursus tentang filsafat positif) dan
berjasa dalam mincipta ilmu sosiologi.
Menurutnya
pendapatnya, perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap: tahap
teologis, tahap metafisis, dan tahap ilmiah/positif.
Pada
tahap teologis manusia mengarahkan pandangannyakepada hakikat yang batiniah (sebab pertama). Di sini
manusia percaya kepada kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak. Artinya, di
balik setiap kejadian tersirat adanya maksud tertentu.
Pada
tahap metafisis manusia hanya sebagai tujuan pergeseran dari tahap teologis.
Sifat yang khas adalah kekuatan yang tadinya bersifat adi kodrati, diganti
dengan kekuatan-kekuatan yang mempunyai pengertian abstrak, yang diintegrasikan
dengan alam.
Pada
tahap ilmiah/positif, manusia telah mulaimengetahui dan sadar bahwa upaya
pengenalan teologis dan metafisis tidak ada gunanya. Sekarang manusia berusaha
mencari hukum-hukum yang berasal dari fakta-fakta pengamatan dengan memakai
akal.
Tahap-tahap
tersebut berlaku pada setiap individu (dalam perkembangan rohani) juga di
bidang ilmu pengetahuan.
Pada
akhir hidupnya, ia berupaya untuk membangun agama baru tanpa teologi atas dasar
filsafat positifnya. Agama baru tanpa teologi ini mengagungkan akal dan
mendambakan kemanusiaan dengan semboyan “Cinta sebagai prinsip, teratur sebagai
basis, kemajuan sebagai tujuan”.
Sebagai
istilah ciptaannya yang terkenal altruism
yaitu menganggap bahwa soal utama bagi manusia ialah usaha untuk hidup bagi
kepentingan orang lain.
6.
Evolusionisme
Aliran ini dipelopori oleh seorang Zoologi yang mempunyai
pengaruh sampai saat ini yaitu, Charles Robert Darwin (1809-1882). Ia mendominasi
pemikiran filsafat abad ke-19.
Pada tahun 1838 membaca bukunya Malthus An Essy on the Principle of Population. Buku
tersebut memberikan inspirasi kepada Darwin untuk membentuk kerangka berpikir dan
teorinya. Menurut Malthus, manusia akan cenderung meningkat jumlahnya (deret
ukur),di atas bahan-bahan makanan (deret ukur). Dengan demikian, Darwin
memberikan kesimpulan bahwa untuk mengatasi hal tersebut manusia harus bekerja
sama, harus berjuang diantara sesamanya untuk mempertahankan hidupnya. Karena
itu hanya hewan yang ulet yang mampu
untuk menyesuaikan diri dengan iklim sekitarnya.
Dalam pemikirannya, ia menhajukan konsepnya tentang
perkembangan tentang segala sesuatu termasuk manusia yang diatur oleh
hukum-hukum mekanik, yaitu survival of
the fittest dan struggle for life.
Pada hakikatnya antara binatang dan manusia dan benda apa
pun tidak ada bedanya. Dimungkinkan terdapat perkembangan manusia pada masa
yang akan datang lebih sempurna. Dalam pemikirannya, Darwin tidak melahirkan
sistem filsafat, tetapi pada ahli pikir berikutnya ( Herbert Spencer )
berfilsafat berdasarkan pada evolusionisme.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Filsafat zaman modern adalah pengetahuan tidak berasal
dari kitab suci atau ajaran agama, tidak juga dari para penguasa tetapi dari
diri manusia itu sendiri. Aliran rasionalisme beraanggapan bahwa sumber
pengetahuan adaah rasio. Aliran emperisme, sebaliknya meyakini pengalaman
sumber pengetahuan itu,baik yang batin maupun inderawi.
Filsafat zaman modern ditandai dengan perubahan dalam
bentuk-bentuk kesadaran atau pola-pola berpikir. Sebagai bentuk kesadaran,
modernitas dicirikan dengan tiga hal yaitu,Subjektivitas,Kritik dan Kemajuan.
Aliran-aliran filsafat modern : Rasionalisme, Empirisme, Kristisme, Idealisme,
Positivisme, Evolusionisme, Materialisme, Neo-Kantianisme, Pragmatisme,
Filsafat Hidup, Fenomenologi, Eksistensialisme, Neo-Thomisme.
Descartes, Pascel, Kant, Hagel, August Comte dan Jhon
Locke adalah beberapa nama dari ahli-ahli yang memelopori dan mendukung
teori-teori aliran filsafat modern. Selain nama-nama tersebut, masih banyak
ahli yang turut berpartisipasi mendukung teori yang lahir di zaman filsafat
modern.
Filsafat yang lahir di zaman sekarang, sebenarnya tidak
berbeda jauh dari filsafat zaman modern. Karena pada dasarnya, filsafat yang
muncul di masa sekarang merupakan pengembangan dari ajaran filsafat yang telah
ada di zaman filsafat modern, dan kini mengalami sintesis yang menjadikan
jumlahnya menjadi relative lebih sedikit daripada aliran filsafat zaman modern.
B . SARAN
Kami sebagai penulis
makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini dapat memahami
pengertian dan memahami model dan konsep filsafat modern. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihan kepemimpinan yang baik, dan semoga
makalah ini memberi dorongan semangat, bahkan
pemikiran para pembaca, dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang
baik. Demikian penjelasan tentang
filsafat zaman modern, bila kiranya ada salah dalam penulisan kata-kata kami
mohon maaf, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
1. Scruten, Roger. 1986. Sejarah
Singkat Filsafat Modern. Terj. Zainal Arifin Tanjung, Jakarta: Panca
Simpati.
2. Pringgodigdo. 1972. (Ed).
Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius.
3.
|
Soejadi. (Ed). 1982. Beberapa
Pemikiran Kefilsafatan. Yogyakarta: Fak. Filsafat UGM.
MAKALAH FILSAFAT UMUM "FILSAFAT ABAD MODERN"
Reviewed by Unknown
on
March 08, 2017
Rating:
No comments: